Waktu Dalam Kehidupan Muslim - Andalusia Islamic Center

Waktu Dalam Kehidupan Muslim

Waktu Dalam Kehidupan Muslim

oleh : Ustad Abdul Mughni BA, MHI

 

Bismillah Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘ala rasulillah shollallahu ‘alayhi wa sallam.

Setiap awal tahun masehi, biasanya banyak manusia diingatkan dengan begitu cepatnya waktu berjalan, ada yang menyebutnya dengan time flies (waktu itu terbang) isyarat akan cepatnya waktu berlalu dan berjalan, ada juga yang menyebutnya dengan time is skyrocketing (waktu terbang bagaikan roket) dengan kata lain tidak terasa sekarang sudah 2018, tidak terasa usia semakin mendekati kematian, sedangkan bekal dan amal shaleh masih jauh dari yang diperintahkan Allah.

Ajaran Islam penuh dengan tazkirah dan nasehat kepada ummat manusia untuk menggunakan waktu yang diberikan, salah satu yang sering dingatkan adalah melalui surat dalam Al-qur’an yang berarti waktu atau masa yaitu surat al ‘ashr, dan dalam surat surat lain Allah bersumpah dengan waktu, seperti dalam surat Al-layl , Ad-huha, Al-fajr. Para ulama tafsir menjelaskan bahwa sumpah Allah dengan sesuatu hal adalah untuk menunjukkan keistimewaan dan manfaat yang ada pada hal tersebut. Hadis nabi pun tidak kalah dalam memberikan tazkirah tentang waktu, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan sahabat nabi yang mulia Muaz bin Jabal radhiallahu ‘anhu sabda Nabi “tidak akan jatuh 2 kaki seorang hamba dihari kiamat nanti hingga ditanyakan tentang 4 hal ; umurnya dihabiskan untuk apa, waktu mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana mendapatkan dan bagaimana digunakan, ilmunya diamalkan untuk apa.” (HR. Bazzar dan Thabrani). Dua kali waktu disebutkan dalam hadis tersebut pertama umur secara umum dan kedua waktu muda. Kenapa dikhususkan waktu muda ? Kenapa tidak cukup dengan menyebut umur saja ? Kenapa harus ditegaskan waktu muda ? Karena usia mudalah sebagai usia yang produktif, usia yang menentukan, usia yang penuh dengan pergerakan dan usia muda adalah waktu kekuatan diantara dua kelemahan (masa kecil dan masa tua) (QS. Ar-Rum:54).

Ritual Islam dengan berbagai varian dan macamnya menggambarkan dengan jelas bagaimana nilai dan penghargaan ajaran Allah terhadap waktu, modal yang paling utama yang diberikan Allah kepada ummat manusia. Ritual sholat misalnya sebagai salah satu ritual utama yang diwajibkan Allah adalah sebuah amalan yang terikat dengan waktu, syarat wajibnya sholat adalah saat waktu sholat tersebut masuk, dan dalam sehari diwajibkan untuk sholat lima waktu yang berbeda, subhanallah bukan 1 atau 2 atau 3 melainkan 5 waktu. Dari semenjak fajar terbit dilanjutkan ditengah hari kemudian di waktu sore, dan saat matahari terbenam dan yang terakhir saat malam tiba. Dengan demikian seorang yang beriman senantiasa terhubung dengan Allah, diawali dengan sholat subuh dan diakhiri dengan sholat isya’. Belum termasuk sholat jum’atnya dan sholat sunnah-sunnah lainya. Semua rukun-rukun dalam Islam dan adab-adab Islam yang luhur mengingatkan pemeluknya untuk betul-betul menghargai dan mengisi waktu yang diberikan dalam beribadah kepada Allah dengan berbagai bentuk dan variasinya. Nabi mengajarkan ketika awal bulan saat melihat hilal (awal bulan) sebuah doa yang artinya “Ya Allah jadikanlah awal bulan ini penuh dengan iman dan aman, keselamatan dan Islam, awal bulan yang baik Tuhanku dan Tuhanmu wahai bulan adalah Allah”, semoga kita dimudahkan untuk membaca doa awal bulan yang diajarkan nabi pada setiap awal bulan hijriyyah. Sebagian ulama salaf menjadikan sholat adalah timbangan waktu setiap hari, kemudian hari jum’at dengan sholatnya adalah timbangan waktu pekanan atau mingguan, kemudian bulan ramadhan adalah timbangan tahunan, dan ibadah haji sebagai timbangan dalam umur hidup manusia. Jika seorang hamba bagus dalam timbangan hariannya maka insya Allah bagus timbangan pekananya dan seterusnya. Sebaliknya jika timbangan harian ataupun standar harian dilupakan dan diremehkan tidak diisi dengan ibadah kepada Allah, tidak diisi dengan taat dan perbanyak amal shaleh maka timbangan pekanan dan tahunan pastinya tidak akan lebih baik. Benarlah hadis Nabi yang menjelaskan tentang pentingnya seorang hamba Allah untuk memelihara dan menjaga sholat, karena sholatlah yang pertama kali akan dimintakan pertanggungjawabanya dihadapan Allah, biasanya jika sholatnya bagus dan baik begitu pula amalan yang lain dan sebaliknya jika sholatnya buruk biasanya pekerjaan yang lain pun juga buruk. Surat ke 103 yaitu surat Al-‘ashr dengan terang benderang menjelaskan sebab kerugian dan kehancuran seorang manusia di dunia, kecuali mereka yang mengisi waktu dan kehidupan sementara di dunia ini dengan 4 hal : iman, amal shaleh, interaksi dalam mengingatkan yang haq dan baik, terakhir saling mengingatkan dalam kesabaran. Sebuah resep kebahagiaan yang masih sering kita lalaikan, awal tahun masehi semoga kembali mengingatkan setiap muslim akan pentingnya untuk mengisi waktu, sebagaimana setiap harinya Islam dengan bermacam-macam syariatnya telah mengokohkan pentingnya perhatian dan kepedulian terhadap waktu. Janganlah kita menjadi mereka yang tertipu dengan angan-angan kosong, dengan kemegahan dunia dan berbagai bentuk tipuanya dengan amalan-amalan orang kafir yang melalaikan dan jauh dari kebenaran, dengan cita-cita tanpa usaha dll.

Sabda nabi yang pendek menjelaskan bahwa masih banyak manusia tertipun dan terbuai atau dilalaikan dan dininabobokan. Hadis nabi berkata “ terdapat dua kenikmatan yang manusia banyak tertipu olehnya, nikmat sehat dan nikmat waktu luang .“ (HR. Bukhory dan Thobroniy). Dalam buku kecilnya Syaikh Yusuf Al-Qorodhowiy yang berjudul waktu dalam kehidupan muslim, beliau menyebutkan tiga karakter waktu : cepat berlalu, yang berlalu tidak dapat digantikan, sesuatu yang paling berharga yang dimiliki manusia. Kalau waktu sudah lewat dan berlalu barulah manusia sadar akan nilai dan berharganya waktu yang diberikan. Disebutkan dalam Al-qur’an dua waktu dimana manusia sadar akan nikmat waktu, pertama saat sakaratul maut (QS. Al-Munafikun.63:10-11). kedua saat hari kiamat (QS. Fattir.35:36-37). Semoga kita menjadi orang yang sadar sebelum saat penyesalan tiba, karena tidaklah kembali waktu yang telah berlalu, kata orang arab “lan tarji’a ayyamul lati madhot”.

*) Note : Buletin edisi edisi sebelumnya “Pandangan Islam tentang Tahun Baru Masehi” bukan tulisan dari Ustad Abdul Mughni BA, MHI