Isra dan Mi’raj - Andalusia Islamic Center

Isra dan Mi’raj

Isra dan Mi’raj
Oleh : ust. Abdul Mughni, BA, MHi

Bismillah wa Al Sholatu wa Al Salamu ala Rasulillah sholallahu ‘alayhi wa sallam.

Setiap bulan tanggal 27 Rajab dibanyak tempat dirayakan hari besar umat Islam yang disebut dengan Isra dan Mi’raj. Rabu kemaren tgl 3 April 2019 bertepatan dengan 27 Rajab 1440 H.

Apakah benar peristiwa tersebut terjadi di bulan Rajab? Apa makna Isra dan Mi’raj? Adakah ayat dan hadis yang menjelaskan tentang peristiwa tersebut ? Apa saja yang dilihat dan disaksikan nabi pada malam tersebut ? Saat ini kita baru saja merayakan peristiwa besar tersebut, peristiwa yang menjadi salah satu dari mukjizat nabi Muhammad sholallahu ‘alayhi wa sallam, peristiwa yang pada awalnya di cemooh bahkan dibilang hoax, karena bertolak belakang dengan logika dan ilmu pengetahuan saat itu, peristiwa yang menjadikan sahabat mulia Abu Bakr digelari dengan al Shiddiq, karena membenarkan dan mempercayai berita yang disampaikan nabi.

Peristiwa tentang perjalanan nabi Muhammad sholallahu ‘alayhi wa sallam yang sangat istimewa ini disebutkan dalam dua ayat, pertama tentang Isro’ [QS. Al-Isra' (17) : 1 ] dan tentang Mi’roj [Qs.An-Najm (53);13-18].

Isro adalah perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram di kota Mekkah ke Masjidil Aqsho yang berada di Palestina menempuh jarak kurang lebih 1230 km , sedangkan Mi’roj adalah perjalan dari Masjidil Aqsho ke langit dan terus ke Sidrotil Muntaha. Hadis yang menjelaskan peristiwa ini masuk dalam kategori hadis yang mutawatir (banyak perawinya yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta), disebutkan puluhan sahabat nabi yang meriwayatkannya mereka adalah sahabat sahabat mulia antara lain Umar, Ali, Ibn Mas’ud, Abi Zar, Abu Hurayrah, Ibn ‘Abbas, Abu Ayyub, Aisyah dan Asma dll radhiallahu ‘anhum jamian. Siapapun yang meragukan tentang peristiwa ini maka dia tidak mempercayai al Qur’an dan hadis yang mutawatir, tentunya perkara demikian bukanlah ciri ciri hamba Allah yang patuh dan beriman kepada segala hal tentang kebesaran dan qudrah (kemampuan) Allah. Sebuah perjalanan yang penuh dengan keberkahan dan limpahan rahmat dari Allah, sebuah perjalanan yang menghasilkan ibadah pokok dan penting dalam syariat Islam, sebuah perjalan yang memberikan kepada hamba Allah yang mulia (nabi Muhammad sholallahu ‘alayhi wa sallam) keistiqomahan dalam menjalankan perintah dan tugas mulia, sebuah perjalan yang menghibur hati nabi saat mengalami penolakan dan meninggalnya dua tokoh penting dalam misi dakwah di Mekkah yaitu istri tercinta sayyidah Khodijah radhiallahu ‘anha dan paman yang begitu penyayang kepadanya yaitu Abu Thalib, sebuah perjalan dimalam hari yang bertujuan sebagaimana disebutkan Allah agar Kami perlihatkan dari sebahagian bukti bukti dari kebesaran Allah.

Ulama berbeda pendapat tentang kapan terjadinya peristiwa tersebut bahkan disebutkan ada 10 pendapat, ada yang mengatakan di bulan Rajab sebagaimana yang populer dan sampai hari ini diyakini yaitu 27 Rajab, sebagian lain menyatakan pada bulan Rabiul Awwal, satu hal yang dapat dipastikan bahwa Isra’ dan Mi’roj terjadi pasca kedatangan nabi dari berdakwah di Thaif sedangkan hari, bulannya tidak disepakati oleh para ulama sejarah. Hadis yang mutawatir menyebutkan bahwa dimalam tersebut datanglah malaikat Jibril dan terbukalah atap rumah tempat tidur nabi, kemudian dibelah dadanya untuk dikeluarkan hati beliau dan dicuci dengan bejana emas berisikan iman dan hikmah, kemudian diperintahkan aku untuk menaiki Buroq, hewan yang mirip dengan keledai berwarna putih dan siap dengan pelana dan tali kekang, sesaat Buroq enggan untuk dinaiki, kemudian Jibril berkata, hai buroq tidaklah yang menaikimu seorang yang paling mulia kecuali nabi Muhammad, buroqpun patuh dan dengan mudah nabi menaikinya, satu langkahnya adalah sepanjang mata memandang (untuk menunjukkan kecepatan yang diberikan Allah) kemudian tibalah nabi di Baitul Maqdis, dan diikatkan buroq ditempat yang sekarang disebut dengan tembok buroq (yahudi menyebutnya dengan tembok ratapan). Sampai disini selesailah misi Buroq untuk membawa nabi perjalanan dari Makkah ke Baitul Maqdis, karena perjalanan nabi ke langit tidak disebutkan dengan menaiki Buroq. Nabi Muhammad sholallahu alayhi wa sallam sholat dan menjadi imam sedangkan ma’munya adalah para nabi nabi terdahulu (arwah mereka), setelahnya nabi diangkat ke langit dan bertemu pada setiap langit dengan nabi-nabi yaitu nabi Adam, nabi Isa dan Yahya nabi Yusuf, nabi Idris, nabi Harun, nabi Musa dan nabi Ibrahim alayhim salam. Imam Suyahliy rahimahullah menyebutkan hikmah perjumpaan dengan 8 nabi tersebut adalah persamaan dan kemiripan perjalanan dakwah nabi dengan apa yang dijalani oleh kedelapan nabi tersebut, beliau Hijrah dari Mekkah ke Madinah mirip dengan nabi Adam yang dikeluarkan dari surga ke dunia, terdapat unsur keterasingan dari tempat yang sudah terbiasa dihuni, beliau mirip dengan nabi Isa dan Yahya dalam hal permusuhan orang Yahudi, dengan nabi Yusuf yang dibenci oleh saudaranya mirip dengan nabi yang ditolak dakwahnya padahal sesama bani Hasyim, mirip dengan nabi Harun yang disukai kaumnya begitulah dengan ummat nabi dan para sahabat yang sangat cinta kepada nabi, mirip dengan nabi Musa adalah dalam hal sikap dan tantangan yang dihadapi saat berdakwah kepada kaumnya haruslah dengan kesabaran, dalam hadis disebutkan semoga Allah merahmati nabi Musa, karena telah dicoba dan diuji dengan hal yang lebih berat dari ini dan dia sabar (HR Bukhoriy ) terakhir kemiripan nabi dengan moyangnya yaitu nabi Ibrahim dalam hal saat dijumpainya dilangit ke 7 sendang bersandar ke baitul ma’mur, sebuah tempat dilangit yang setiap harinya dimasuki oleh 70 ribu malaikat yang beribadah kepada Allah, mirip dengan nabi Muhammad yang diakhir hayatnya mensyariahkan ibadah dan manasik haji, dan diantara ritualnya adalah ibadah thawaf yaitu mengelilingi baitullah sebanyak 7 kali.

Apakah yang dilihat nabi saat perjalanan ini ? Benarkah beliau melihat Allah ? Banyak penampakan yang disaksikan nabi dalam rihlah ini, saat Isro’ nabi melihat antara lain :

Iblis yang mencarinya dengan membawa api, Jibril mengajarkan nabi doa yang jika dibacanya api tersebut padam dan iblis tersungkur (HR Malik) Dajjal dengan badannya yang besar dan berwarna putih (HR Ahmad) wanita tua dipinggir jalan penuh dengan segala perhiasan (HR Bayhaqi) mencium semerbak wangi dari makam wanita yang menjadi tukang sisir keluarga fir’aun (masyitoh) (HR Ibnu Hibban) perumpamaan para pejuang (mujahid) di jalan Allah dengan para petani yang menanam dan memanen pada hari yang sama , sekelompok orang yang memukulkan kepala mereka ke batu besar setelah hancur, maka dipukulkan lagi, inilah perumpamaan yang berat melaksanakan sholat , kayu ditengah jalan yang memotong segala sesuatu yang lewat, inilah perumpamaan mereka yang gemar membegal (merampas harta dan membunuh) di jalan jalan , seorang lelaki yang telah mengumpulkan kayu bakar yang sulit untuk dibawanya tetapi masih terus mengumpulkan kayu tersebut, perumpaan dari orang yang tidak bisa menjalankan dan menunaikan amanah, tapi masih terus mencari dan siap menampungnya, kaum yang lisan dan mulutnya dilubangi dengan api, perumpamaan para orator, ahli khotbah yang hanya mampu berkata namun tidak dibuktikan (HR Bayhaqi) seekor sapi besar yang keluar dari lubang kecil, dan saat sapi tersebut ingin balik maka tidak bisa masuk, adalah orang yang berkata perkataan besar yang disesalinya (HR Ahmad) seorang yang berenang disungai darah dan dilempari batu, perumpamaan yang memakan riba (HR Ahmad) Musa yang sedang sholat di kuburnya (HR Muslim). Apakah dia melihat Rabbnya ? Ummul Mu’minin Aisyah radhiallahu ‘anha menjelaskan siapa yang mengatakan bahwa nabi melihat Allah saat Mi’roj maka dia berbohong dan tidak memahami firman Allah [Qs. Al-An'am (6) : 103].

sumber rujukan allu’ul maknun fi siroh al rasul al ma’mun karangan Musa Rasyid al Azimi).